Deli Serdang//Kompasnusa.net– Kasus dugaan perlakuan tidak manusiawi terhadap siswa MTs Nurul Ikhwan Tanjung Morawa karena tunggakan administrasi sekolah berbuntut panjang.
Kali ini, perhatian publik tertuju pada sikap Camat Tanjung Morawa, Ibnu Hajar, S.Sos, yang dinilai tidak serius menangani persoalan warganya.
Kehadiran Camat di lokasi, yang sempat diminta langsung oleh LSM FORMAPPEL RI, justru menimbulkan kekecewaan baru.
Pasalnya, alih-alih menjadi penengah atau mencari solusi konkret, Camat hanya masuk ke ruang kantor, tanpa berusaha berdialog dengan orang tua murid, wartawan, atau perwakilan LSM yang sudah menunggu untuk klarifikasi dan mediasi.
“Camat hanya sekadar lewat. Bahasa beliau cuma ‘sudahlah, selesaikan baik-baik,’ lalu pergi begitu saja. Ini bukan contoh pemimpin yang berpihak pada rakyat. Ini contoh pemimpin yang abai terhadap suara warganya sendiri,” tegas R Anggi Saputra, Ketua FORMAPPEL RI, dalam keterangannya, Sabtu (26/4/2025).
Menurut Anggi, dalam situasi genting seperti ini, masyarakat berharap pemimpin hadir bukan hanya dengan badan, tetapi dengan keberanian dan hati yang membela keadilan.
“Kalau hanya datang untuk formalitas, lebih baik tidak usah datang. Warga butuh penyelesaian, bukan basa-basi!” ujarnya.
Anggi juga menilai bahwa ketidaktegasan Camat bisa memperburuk suasana, bahkan membuka ruang ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah kecamatan.
“Kalau begini caranya, rakyat bisa bertanya, siapa sebenarnya yang dilayani: rakyat atau birokrasi?” tandasnya.
FORMAPPEL RI mendesak agar insiden ini menjadi evaluasi serius, tidak hanya bagi pihak sekolah, tetapi juga bagi pejabat pemerintahan yang dianggap lalai menjalankan fungsinya.
Karena sejatinya, jabatan bukan tempat bersembunyi dari masalah, melainkan tempat berdiri paling depan menghadapi jeritan rakyat. (Tim/Mr.R)